INILAHTASIK.COM | Untuk mendukung ketahanan pangan dan menjaga tekanan inflasi dari komoditas volatile food khususnya beras, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw Bl) Tasikmalaya bersama dengan pemerintah daerah Kabupaten Tasikmalaya melakukan pengembangan Klaster Padi dengan Budidaya total Organik di Gapoktan Agro Mandiri di Dusun Cijoho, Desa Sundakerta Kec. Sukahening, Kab. Tasikmalaya.
Pengembangan Padi tersebut diawali dengan penandatanganan Kesepakatan Bersama tentang Kerjasama Pengembangan Pertanian antara pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya pada tanggal 18 Juli 2018 lalu. Penanaman demplot perdana dilakukan langsung Bupati Tasikmalaya, Uu Ruzhanul Ulum pada bulan Agustus 2018 lalu dibawah bimbingan Dr. Nugroho Widiasmadi melalui inovasi teknologi MA11.
Selanjutnya, Kamis (06/12/2018), dilakukan panen perdana demplot Klaster Padi Organik oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Tasikmalaya Heru Saptaji bersama Bupati Tasikmalaya yang diwakili Kepala Dinas Pertanian Kab.Tasikmalaya Roni R. Sahroni, Anggota DPRD Cecep Ruchimat, Danramil Sukahening, Kapolsek, Pimpinan Perbankan, Anggota Gapoktan Agro Mandiri, tokoh Agama, tokoh Masyarakat serta undangan lainnya.
Dalam Kesempatan itu, KPw Bank Indonesia Tasikmalaya Heru Saptaji mengatakan, program ini merupakan langkah awal dan terobosan baru untuk memperbaiki dan meningkatkan wawasan petani dalam bertani sehingga akan mampu meningkatkan produktivitas hasil pertanian petani.
”Terbukti dengan program Budidaya Total organik di Sukahening ini, hasil pertanian meningkat hingga 92,3 persen untuk GKP atau 111 persen gabah kering giling (GKG) dari 6,5 ton per hektar atau 4,5 ton GKG/ha menjadi 12,5 ton per hektar GKP/ha atau 9,5 ton GKG/ha,” ungkap Heru.
“Klaster Padi total organik di Sukahening terdiri dari 10 kelompok tani dari Gapoktan Agro Mandiri, dengan jumlah petani sekitar 354 orang yang dilakukan di 5 lahan yang berlokasi di 3 desa dengan total luas lahan 174 yang terdiri dari Kelompok Tani Sri Mulya Rasa 2 (1500 m2), Kelompok Tani Sauyunan (2500 m2), Kelompok Tani Mekar Jaya (1500 m2), Kelompok Tani Sri Asih Maju (4500 m2), serta Kelompok Tani karya Mukti (1500 M2),” sambungnya.
Heru menambahkan, Program ini dilakukan secara bertahap atau multiyear selama 3 tahun, tahun 2018 merupakan Fase Pertumbuhan dilakukan program pelatihan teknik budidaya pertanian organik secara teori dan praktek on farm serta pelatihan penguatan kelompok dan pendampingan organisasi Gapoktan, kemudian tahun 2019 merupakan Fase Pengembangan dimana petani diharapkan mampu
membuat pola tanam yang benar (cuaca, rotasi tanaman, dan siklus tanam), pengelolaan pasca panen yang baik, selanjutnya tahun 2020 merupakan Fase Kemandirian, dimana Klaster Padi total organik harus mampu menjadi klaster yang mandiri dan berkelanjutan dengan fokus kegiatan untuk mendorong pengembangan pasar ekspor dan membuka jalur akses permodalan.
”Pelatihan dari Anza School dari Semarang melalui program budidaya padi dengan sistem organik dengan menggunakan teknologi merupakan microbacter yang cukup handal untuk membantu fermentasi pupuk kompos dan unsur penunjang lainnya, dengan menggunakan MA11 ini petani bisa mendapatkan pupuk kompos dan POC dalam waktu yang cepat dan kualitas yang terjamin, serta biaya yang murah karena dapat memanfaatkan limbah tanaman dan kotoran di sekitarnya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas hasil panen dan menekan biaya produksi,” tutur Heru.
Diketahui, saat panen perdana Klaster Padi Budidaya Organik, KPw BI Tasikmalaya juga melakukan pemberian bantuan program sosial berupa bantuan fisik alsintan yaitu satu unit traktor, 5 unit mesin perontok padi dan satu unit mesin alat pengolah pupuk organik serta pembangunan rumah kompos dengan biaya sebesar Rp 205 juta.
”BI terus konsen untuk mendorong peningkatan sektor pertanian di daerah karena sektor inilah merupakan sektor yang paling produktif dan menjamin keberlangsungan hidup masyarakat,” jelasnya. (Sd)
Discussion about this post