Catatan Kecil 100 Hari Pj. Wali Kota Tasikmalaya

Feb 1, 2023 - 09:43
Catatan Kecil 100 Hari Pj. Wali Kota Tasikmalaya

“Hana nguni hana mangke

Tan hana nguni tan hana mangke

Aya ma baheuk tu ayeuna

Hanteu ma baheula hanteu tu ayeuna

Hana tunggak hana watang

Tan hana tunggak tan hana watang

Hanama tunggulna aya tu catangna”

(Prasasti Geger Hanjuang)

(Ada dahulu ada sekarang. Bila tak ada dahulu tak akan ada sekarang. Karena ada masa silam maka ada masa kini. Bila tak ada masa silam tak akan ada masa kini. Ada tonggak tentu ada batang. Bila tak ada tonggak tentu tak ada batang. Bila ada tunggulnya tentu ada catangnya)

(Yoseph Iskandar, 1993 : 141).

Atas dasar pemikiran itulah esaay ini, saya anggap penting. Masyarakat maupun pemerintah sangatlah penting untuk memahami bagaimana perkembangan Kota Tasikmalaya. 

Bagi masyarakat, diharapkan bisa belajar memahami dari masa lalu dan akan memberikan pelajaran bagaimana tata cara kehidupan bermasyarakat. 

Sedangkan bagi pemerintah pun, diharapkan mampu memberikan masukan-masukan dalam mengeluarkan berbagai kebijakan. Apalagi interaksi dalam konteks eksternal pada saat sekarang ini sudah tidak lagi dalam konteks regional dan nasional, tetapi terjadi interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dalam konteks global. 

Sebab pada dasarnya, apa yang terjadi pada hari ini sesungguhnya merupakan produk masa lalu. Secara umum dapat memahami bagaimana perkembangan Kota Tasikmalaya di masa sekarang, secara khusus bisa  memahami bagaimana perkembangan pemerintahan Kota Tasikmalaya di segala bidang dari mulai perkembangan kehidupan sosial budaya, politik dan ekonomi serta hukum dalam  kehidupan bermasyarakat  di Kota Tasikmlaya. 

Peran pemerintah (Pj.Wali Kota) diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat dan sebaliknya  masyarakat diharapkan dapat memahami bagaimana dinamika kehidupan masyarakat Tasikmalaya dari waktu ke waktu sehingga terjalin hubungan simbiosis mutualisma. 

Dengan pemahaman ini diharapkan, masyarakat dapat mengambil pelajaran penting yang dapat menjadi pegangan bagi kehidupannya, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. 

Harapan besar pemerintah dapat memberikan masukan bagi kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkannya. Di sisi lain pemerintah dapat belajar dari masa lalu, bagaimana mengeluarkan kebijakan yang dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan dapat mendorong keterlibatan masyarakat dalam pembangunan Kota Tasikmalaya.

Guna tercapainya perkembangan pemerintahan dan kehidupan masyarakat dalam bidang sosial budaya, politik dan ekonomi serta hukum, disini peran pimpinan daerah (Pj. Wali Kota) merupakan motor penggerak tercapainya harmonisasi proses bermasyarakat yang adil dan makmur. 

Krisis multi dimensi kini sudah berusia lebih dari lima tahun bahkan lebih. Namun tanda-tanda pemulihan yang diharapkan agaknya masih berjalan sangat lambat dan terseok-seok. Pemulihan yang berjalan lambat ini ditunjukkan antara lain masih rendahnya tingkat kesadaran, serta "mandegnya" nilai komunikasi dan persoalan ini sangat bergantung pada pengemban pertama kebijakan (pemerintah).

Dalam situasi dan kondisi yang belum kondusif ini, nilai komunikasi adalah  satu alternatif penting yang mampu menjebatani, bukan sebuah argumentasi yang mendominasi kisi kisi keberlangsungan harmonisasi bermasyarakat yang bermartabat. 

Kiranya sudah waktunya dua kekuatan ini menjalin silaturahmi sebab itulah satu-satunya jalan tercapainya tujuan, yaitu Kota Tasikmalaya seutuhnya.

Kita tengah berada dalam zona borderless dimana  tidak lagi menemukan kindahan pagi yang sejuk. Dimana dunia ini sudah memakan dunia personal, kalaupun muncul personal personal, kemunculannya diantara kemajemukan dan kepentingan. Masyarakat kini merupakan masyarakat yang menanggung konglomerasi identitas.

Dari persoalan ini, selayaknya pemerintah mengedepankan atau mengapungkan proses interaksi antara masyarakat  dengan pengemban kebijakan, melalaui proses komunikasi yang menciptakan sinergitas antara dua sisi mata uang yang berbeda. 

Jadi dari sini telihat dua elemen yang saling keterkaitan dan saling belajar, artinya keduannya menjalin hubungan subyek dengan subyek bukannya subyek dan obyek.

Sementara yang menjadi obyek adalah realitas, dengan demikian suasana dialogis yang bersipat Intersubyek akan tercipta dengan sendirinya.

Yang paling ditekankan dan menjadi hal terpenting dari proses serupa ini harus berusaha untuk terlibat dengan perrmasalahan yang nyata dengan membangun suasana yang menyenangkan. Sehingga, ruang dialogis ini menggiring masyarakat dan pemerintah untuk menumbuhkan rasa percaya diri.

Selamat berjuang pak! 

Penulis: Tatang Pahat (Pemerhati Budaya) 

Tinggal di Tasikmalaya

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow