Halaman Budaya Gelar Malam Botak di Ngaos Art

Bekerjasama dengan Ngaos Art, kelompok teater asal Kampung Lame, Desa Mekarsari, Kecamatan Panimbang, Pandeglang, Banten ini, menggelar empat kali pertunjukan selama dua hari.

Jul 1, 2022 - 19:47
Jul 1, 2022 - 19:53
Halaman Budaya Gelar Malam Botak di Ngaos Art

KOTA TASIK, INILAHTASIK.COM | Sejumlah seniman dari Ruang Kreatif Halaman Budaya menggelar pertunjukan teater berjudul Malam Botak di Studio Ngaos Art, Cipedes, Kota Tasikmalaya pada Rabu-Kamis, 29-30 Juni 2022.  

Bekerjasama dengan Ngaos Art, kelompok teater asal Kampung Lame, Desa Mekarsari, Kecamatan Panimbang, Pandeglang, Banten ini, menggelar empat kali pertunjukan selama dua hari.

Sebelumnya, sejak akhir Mei 2022 kelompok asuhan R.A. Yopi Hendrawan ini telah menggelar Malam Botak di beberapa tempat, di antaranya Ruang Kreatif Halaman Budaya, Pandeglang; Universitas Matha’ul Anwar (UNMA), Pandeglang; STKIP Mutiara, Pandeglang; UIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH), Serang; dan Rangkasbitung, Lebak.

Pada diskusi usai pertunjukan, Yopi mengungkap bahwa proses penggarapan lakon ini memakan waktu lebih kurang dua tahun. Selama rentang waktu itu, penggarapan sempat terjeda oleh beberapa pertunjukan lain dan terjadi bongkar pasang pemain.

“Selain karena rindu proses, naskah ini adalah cermin bagi saya. Tiap habis latihan, kami selalu mendiskusikan teks ini yang ternyata juga cermin sekaligus tamparan buat semua,” tutur Yopi.

Sementara itu, Ab Asmarandana selaku penulis naskah menuturkan, kedua tokoh yang ada dalam teks, yakni Botak dan Gondrong, benar-benar pernah ia temui di kehidupan nyata. Perjumpaan dengan keduanya itulah yang menginspirasi penulisan lakon yang ia tulis semasa mahasiswa itu.

Meski naskah ini telah berusia lebih dari sepuluh tahun, Yopi selalu sutradara berupaya menyesuaikannya dengan kondisi dan isu-isu terkini, seperti guru P3K, Bansos, dan lain-lain. Upaya meruang dan mewaktu juga dilakukan para aktor, Nanda Jendol dan Ifan Sandekala. Mereka  acap kali menyisipkan candaan dengan dialek dan bahasa Sunda Banten serta melakukan interaksi dengan penonton.

Teks ini sendiri menceritakan dua orang gelandangan, Botak dan Gondrong, yang mengalami berbagai peristiwa di jalanan: menyaksikan demostrasi, kehujanan, kebanjiran, kelaparan, dan lain sebagainya. Semua peristiwa yang dilalui menjadi bahan perbincangan keduanya sehingga timbulah refleksi atas nasib yang mendera mereka.

Di akhir kisah, tiba-tiba ada sebuah kado. Botak ingin memiliki kado misterius itu. Sementara, Gondrong menyarankan untuk mengembalikan ke tempatnya semula. Mereka berkelahi. Botak menang dan membunuh sahabat gelandanngannya yang “pensiunan seniman” itu. Ketika mantan manajer pabrik garmen itu membuka kado, ternyata isinya sisir, suatu hal yang lebih berguna buat sahabatnya yang baru saja ia habisi.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow